Cita-citaku (Cerpen)
Saat usiaku masih kecil, keinginan dihati ingin sekali menjadi seorang dokter. Itulah cita-citaku.
Saat usiaku masih kecil, keinginan dihati ingin sekali menjadi seorang dokter. Itulah cita-citaku.
Kisah seorang gadis mungil yang memiliki cita-cita dan keinginan yang sangat tinggi.
Dokter adalah cita-citanya. Namanya Naysa, dia gadis yang berkulit hitam manis yang sangat manis, ibarat buah manggis biar hitam tapi manis... Itu kata kedua orang tuanya yang begitu menyayangi anak sulung mereka.
Naysa adalah anak sulung dari lima bersaudara, adiknya dua orang laki-laki dan dua orang perempuan. Naysa sangat ingin belajar bahasa Inggris. Dia ingin les di sebuah kursus yang terkenal dikota tempat tinggalnya, tetapi orangtuanya tidak mampu untuk memberikan kesempatan belajar itu pada Naysa. Ayah Naysa adalah seorang tukang becak dan ibunya seorang penjahit yang terkadang tidak ada jahitan sama sekali. Jangankan untuk hal itu, bahkan untuk makanpun terkadang mereka kekurangan. Tetapi, tidak sisangka oleh ibunya, Naysa yang memiliki tekad kuat dan keinginan yang gigih. Dia berjualan keliling dekat rumahnya agar bisa tetap les untuk belajar bahasa Inggris.
Hari-hari berlalu dan berganti, Naysa seorang gadis mungil sekarang sudah remaja. Tetapi tekad kuatnya yang selalu ingin menggapai cita-cita. Membuat Naysa pantang menyerah, selalu belajar giat, dan tekun dalam belajar. Akhirnya, selesai Naysa tamat Sekolah Menengah Atas. Dia sangat ingin sekali kuliah. Tetapi apalah daya, karena keuangan tidak ada maka Naysa tidak bisa memaksakan kehendaknya. Akhirnya, cita-cita ingin menjadi seorang dokterpun dia gantungkan terlebih dahulu.
Setelah itu, Naysa bertekad mencari pekerjaan agar memperoleh uang dan bisa melanjutkan kuliah. Naysa memiliki uwak (kakak mamaknya) seorang Kepala Sekolah. Lalu uwaknya itu mengajaknya untuk mengajar Bahasa Inggris di Sekolah Dasar tempat uwaknya bertugas. Alhamdulillah, perlahan-lahan Naysa mulai bangkit kembali. Dia bertekad ingin melanjutkan kuliahnya. Lalu dia kuliah DI Komputer didaerahnya. Saat itu yang dipikirkan Naysa bukan hanya keinginannya saja. Tetapi bagaimana caranya agar Naysa bisa berguna dan bermanfaat untuk orang lain.
Dia belajar sambil mengajar, walaupun saat itu dia masih bergelar sebagai Guru Honorer dengan gaji yang semua orang sudah mengetahuinya, berapalah gaji Guru honorer komite. di tahun sebelum 2000. Naysa, memang seorang gadis pendiam dan pemalu. Sampai-sampai kedua orangtuanya khawatir kelak anaknya tidak akan menikah jika terus seperti ini. Tidak berapa lama setelah selesai kuliah DI Komputer, Naysa melanjutkan kuliah S1 Pendidikan Bahasa Inggris di Kotanya. Belumpun selesai kuliahnya, Naysa sudah dijodohkan oleh kedua orangtuanya dan menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya. Saat pertama-tama dalam pernikahannya sangat terlihat kaku, tetapi Naysa yang sangat gemar belajar dan membaca tentang pernikahan. Lama kelamaan kehidupan pernikahannya begitu sangat romantis. Walaupun kisahnya, berpacaran setelah menikah.... ehmmmmm... ehmmmm...
Beberapa tahun kemudian, selesailah kuliah S1 Pendidikan Bahasa Inggris Naysa, Alhamdulillah sejak dia mendapat gelar sarjana, rezekipun semakin mengalir. Dia diterima mengajar di sebuah SMP. Tetapi, tiba-tiba kesedihan melanda karena saat mengajar ke SMP yang berada diluar kota tempat tinggalnya, Naysa mengalami keguguran anak pertamanya. Sang buah hati yang ditunggu-tunggu. Hati Naysa dan suaminya sangat sedih kala itu. Suami Naysa berkata, "Sabar sayang, kalau rezeki gak akan kemana, semoga nanti kita dapat adiknya lagi". Naysa pun mulai terhibur dengan kata-kata suaminya. "Tetapi bagaimana jika tidak ada lagi kata Naysa, tidak memiliki anaklah kita nantinya". "Ya, gak apa-apa. Yang penting kamu sehat", kata suami Naysa yang selalu diingat oleh Naysa.
Setahun kemudian ternyata Naysa hamil dan memiliki seorang putra. Putra yang sangat dinantikannya. Naysa dan suaminya sangat bahagia. Setelah itu, alhamdulillah, dia diangkat menjadi Guru PNS. Naysa menjalani begitu banyak rintangan dan cobaan sebelumnya. Tetapi Naysa berpikir, walaupun Naysa tidak bisa menggapai cita-citanya menjadi dokter. Semoga saja, putra-putri bangsa yang dididiknya kelak akan menjadi Dokter-Dokter yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.
Apalagi dimasa sekarang, wabah covid 19 yang masih melanda.
Semoga saja segera berlalu....!!!
Aamiin yaa Robbal al aamiin....!!!
Mantap ceritanya
BalasHapus